Advertisement
![iklan](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-2l3mkiz5xngbPZqQdq-RKHMqzptalt3mV1s2h3bIg4ox_rl2lwMp24c7CmJHArT42q-Vg3mA3RlsiVeCjp61NiWQP27GCXYT8QG-wAYyAnXdBYx5X4qHdt33_vHoQVcWaJLifWWZHVrOHDgGvQqu5p2eKIkUTw9Sfba2PKOXBYc8cZb7ZLamv6ye5u5V/s1000/kedai.png)
Minggu delapan oktober dua ribu tujuh belas buah hati pertama ku dari sang istri tercinta dilahirkan kurang lebih pukul 15.30 Wib disalah satu rumah sakit swasta yang ada di tempat yang juga kelahiran aku dan istriku, Kotabumi.
Ini merupakan program usaha kedua untuk memiliki anak dari kami berdua dimana sebelumnya, istriku sempat mengalami pendarahan hebat hingga menyebabkan keguguran di usia kandungan yang ketiga, mulai dari kelelahan dan kondisi yang lemah menjadi alasan, atau karena masih pasangan yang baru. Hihihi….
Kelahiran anak pertamaku ini mengalami proses yang sangat panjang disertai penderitaan yang luar biasa dialami oleh istriku. Rasa sakit yang tiada henti disekitar perut istriku dan rasa pegal luar biasa dikaki membuatnya sering mengeluhkan rasa-rasa tersebut.
Sebagai lelaki yang tidak mengandung jelas saya tidak begitu paham dengan apa yang dialaminya, tetapi melihatnya seperti itu ya sedih juga…
Rasa sakit dimulai dari hari Jumat malam. Memang saat detik akan mau melahirkan istri saya memilih tinggal ditempat orang tuanya, dengan alasan kalau disana jarak ke rumah sakit lebih dekat terlebih lagi kalau ada apa-apa banyak yang bisa dimintai pertolongan sedangkan, jika bertahan bersama orang tua ku yang hanya tinggal bersama seorang ibu yang sudah tua yang tak lagi bisa diandalkan secara fisik hanya doa-nya yang kami harapkan.
Dimalam itu, tak seperti biasanya dia mengalami kesakitan luar biasa, bolak-balik ke kamar mandi jadi hobi ataupun aktivitasnya malam itu, tidurpun hanya bisa duduk dikursi karena kalau tidur seperti orang normal, rasa sakit tak tertahan itu kambuh lagi.
Saya sebenarnya tidak tega melihatnya, tapi karena saya ngantuk berat ya saya tinggal tidur meski sesekali terbangun untuk melihatnya dan menanyainya.
“Gimana? Masih sakit ya?, dibawa tidur di kamar enggak bisa?, kata saya sambil menatap wajahnya yang meringis
Enggak Ka, disini aja, sakit saya kalau di bawa tempat tidur,” jawab dia sambil menahan rasa sakit.
“Ya udah saya tinggal tidur ya” diapun hanya menganggukan kepala
Karena saya sudah tak tahan melihatnya sekira jam satuan malam, saya memutuskan untuk membawanya ke klinik tempat biasa kami berobat, namun jawabana seorang bidan disana mengatakan bahwa ini belum waktunya dan kami dipersilahkan pulang.
Rasa sakit itu masih terus berulang sesampainya di rumah, hingga akhirnya Sabtu pagi jam tujuhan saya memutuskan untuk membawanya kembali ke klinik. Pagi itu sang bidan akhirnya meminta agar istriku dirawat inap untuk proses persalinan.
Namun, waktu yang ditunggu-tunggu tidak kunjung tiba, dari pagi hingga menjelang sore pukul enam tidak ada tanda-tanda akan melahirkan. Sang perawat akhirnya memberikan saran untuk dilakukan dengan suntik perangsang namun konsekuensinya adalah rasa sakit yang cukup berlebih.
Awalnya makin bertahan untuk tidak melakukan itu, tapi melihat kelelahan dan ada rasa ketakutan, istri saya memutuskan untuk dilakukan dengan suntik perangsang.
“Ya udah Kak, enggak apa-apa, pake suntik perangsang saya udah enggak kuat lagi daripada nanti ada apa-apa sama bayinya,” ucap dia sambil menangis dan saya juga ikut menangis sore itu.
Akhirnya, saya memanggil perawat dan mengiyakan tawaran tersebut, Suntikan dilakukan. Proses bukaan yang biasa ada dalam proses persalinan ternyata tidak berefek banyak di istri saya bukaan hanya sampai bukaan tiga dengan sudah pecah ketuban.
Proses dari jam enam sore sampai jam dua belas malam tersebut ternyata tidak juga ada hasil, hasil akhir pemeriksaan bidan meminta keluarga untuk membawa ke rumah sakit untuk segera proses tindak lanjut dengan indikasi detak jantung bayi yang makin lemah dan akan membahayakan.
Akhirnya, sekira jam dua malam, yang malam itu hampir semua keluarga dari istri saya memang berkumpul dipanggil untuk datang menemaninya mengantar ke rumah sakit swasta.
Disana akhirnya proses persalinan dimulai jam tiga lewat, dan akhirnya bayi laki-laki pertama saya lahir, tangis bahagia terurai dari pipi saya, dan saya menjadi ayah.
Terimakasih My Honey….Selamat Datang Jagoan Ayah….ARANSHA NOAH ISWANTO
(*isw)